Moments 10

0 Comments


Ardiyanti Zia


“Bagaimana lo bisa tau kalo dia adalah pembunuh Kakaknya Sakura?” tanya Ruth.

“Ke mana C?”
“Dia membuat keributan lagi. Gue nggak ngerti kenapa dia bisa terobsesi dengan Badai, sampai-sampai menculik Prisil.”
“Hah? Jadi dia menculik Prisil? Tanpa sepengathuan Mas?”
Mataku ditutup oleh kain hitam. Makanya aku tidak bisa melihat apa-apa, selain menggunakan pendengaranku yang untungnya tidak ditutup oleh sumpelan atau kapas. Mereka juga pasti tidak menyadari bahwa aku sekarang sudah bangun.
Padahal aku sedang pergi ke kemar mandi karena kebelet pipis. Saat aku keluar dari bilik, tiba-tiba ada yang menutup mulutku dengan sapu tangan yang baunya tidak enak sama sekali.
“Benar. Tapi lo nggak boleh melakukan hal yang sama dengan C.”
“Kenapa?” Suara cewek terdengar bingung.
“A, apa lo nggak sadar bahwa lo bisa mati di tangan Mas?”
Sejenak suara hening. “Benar. Yasumi mati di tangan Mas.”
“Ssssttt...” Si cowok sepertinya sedang menutup mulut si cewek. “Jangan bicara macam-macam. Bagaimana kalau ada yang dengar?”
“Maaf, R.”
Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu yang dibuka. Tanganku yang diikat ke belakang tiba-tiba saja dilepas. Lalu aku mendengar suara langkah-langkah kaki itu pergi menjauh. Tapi aku sempat mendengar sesuatu terjatuh ke lantai.
Aku tidak tahu apakah aku dibebaskan atau bagaimana, yang jelas aku perlu melarikan diri sekarang juga.
Jadi aku membuka kain yang menutupi mataku dengan perlahan, bersiap-siap kalau tiba-tiba ada orang di hadapanku memukulku dengan sengaja. Tapi saat aku membuka mataku, aku tidak menemukan siapapun.
Aku melepaskan tali yang mengikat kakiku, namun saat itu juga mataku menangkap sebuah gelang cantik berwarna perak jatuh di lantai. Apakah ini... milik cewek itu?

“Di mana gelangnya sekarang?” tanya Ruth penasaran.
Aku langsung merogoh saku seragamku dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Sebuah kalung dengan liontin-liontin cantik di sekelilingnya.
Gotcha! Kita akan tau siapa anak buah M... bahkan, siapakah M sebenarnya.” Atha menyeringai senang.
Ngomong-ngomong tangan Atha dari tadi nggak lepas dari pundakku. Apa sih yang dipikirkan cowok itu? Sialan. Aku benar-benar merasa ada yang aneh saat tadi dia mengelus-elus kepalaku.
Lebih parahnya lagi, saat aku mendapatkan surat ancaman waktu itu, aku sangat ketakutan. Aku bahkan berfikiran bahwa aku akan langsung dibunuh setelah mendapat surat itu, tapi saat aku melihat Atha datang dan memanggilku, aku merasa bahwa aku akan diselamatkan.
Jadi, tau-tau saja aku langsung pingsan di dalam pelukannya. Mana waktu aku bangun ternyata aku ada di kamarnya Atha. Ih benar-benar gila banget!!!
Tentu saja saat aku bangun, aku langsung ngamuk. Tapi dia menjelaskan bahwa ia tidak bisa membawaku pulang ke rumahku dengan keadaan pingsan. Bisa-bisa dia didamprat oleh ayahku yang galak banget itu.
Jadi saat aku pulang, aku hanya mengatakan bahwa Sakura memintaku untuk menemaninya. Jelas sekali aku bohong. Waktu itu kan aku dan Sakura masih marahan.
“Zi...”
Aku tersadar dari lamunanku. Aku menoleh dan mendapati wajah Atha begitu dekat denganku. Ah sialan! Kenapa aku jadi merasa jantungku akan loncat.
Belakangan ini sikap Atha berubah. Agak dewasa sepertinya, atau sebenarnya dia memang dewasa ya? Soalnya kadang dia tetap masih menggangguku dengan lelucon.
“A-ada apa?”
Dia berbisik pelan di telingaku. “Sakura pindah sekolah.”
“APA!?” Aku merasa suaraku seperti tercekik. Aku menatapnya dengan kedua bola mata melebar. “Apa maksud lo?”
“Tadi dia udah ada di bandara.” Atha berkata pelan. “Tapi gara-gara si busuk ini nyuruh Badai telfon Sakura untuk menyelamatkan Prisil, dia balik lagi ke sekolah.”
Busuk? Siapa yang dia bilang busuk? Aku melihat tatapan sinisnya ke arah kiri. Ah! Aku baru sadar bahwa yang dipanggilnya ‘busuk’ adalah Awan. Entah kenapa Atha mengatai Awan dengan kata ‘busuk’ membuatku ingin tertawa.
Baiklah. Aku memang sempat menyukai Awan, lalu apa? Aku benci banget sama dia sekarang. Bukan apa-apa, masalahnya di dunia ini yang perlu diselamatkan bukan hanya si Prisil, tapi Sakura juga!
“Yah, gara-gara gue juga sih. Gue nelfon dia dan bilang kalo elo diculik.” Atha nyengir. “Tapi pas gue telfon dia, dia udah di dalam taksi kok.” Dia buru-buru menyelesaikan saat aku melotot padanya.
“Kita disuruh pergi.”
Tiba-tiba Awan berkata setelah melihat ponselnya. Wajah cowok itu masih saja dingin dan kelihatan bahwa dia jengkel setengah mati.
Yah, wajar sih. Awan kan memang menyukai Prisil, tapi Prisil malah jadian sama Badai. Temannya sendiri. Aku tahu rasanya pasti tidak menyenangkan, tapi seharusnya Awan bisa lebih dewasa sedikit.
“Badai yang suruh. Katanya urusan Prisil dan Sakura, biar dia yang menyelesaikan.” Awan berkata dengan nada tidak suka. Sepertinya Awan memang tidak suka dengan sikap Badai yang sok pahlawan.
“Mana bisa begitu?” Ruth ngomel. “Mana bisa dia melawan M yang punya anak buah banyak!? Dia tuh pikirannya sempit banget. Kayak Sakura.”
Baiklah. Aku menyetujui kalimat Ruth. Walaupun harus mengatai Sakura berfikiran sempit. Tapi Ruth benar. Bagaimana bisa melawan M sendirian?
“Lebih baik kita pergi ke suatu tempat untuk mengobati kaki Zia.” Atha memegang pergelangan kakiku yang terluka karena aku kabur barusan.
Jujur saja, aku tidak tahu apakah aku dilepaskan atau aku ini berhasil kabur. Tapi karena tadi aku merasa peluang untuk keluar gedung itu cukup besar, aku langsung berlari mencari jalan keluar. Sialnya gedung itu gelap dan menyeramkan.
Kalian tahu kan kalau aku takut banget sama yang namanya hantu? Makanya aku berlari secepat mungkin saat mulai mendengar suara-suara aneh di belakangku. Eh, aku malah terjatuh karena menyandung puing gedung yang berserakan.
“Lo mau menyusul Badai ke dalam?” Atha bertanya dengan tatapan datarnya. Entah kenapa aku merasa Atha benci banget sama Awan. Padahalkan mereka teman sekelas dulu, sekarang juga begitu.
“Zia...?”
Uh, masih peduli dia sama aku? Tadi dia menggembor-gemborkan tentang keselamatan Prisil melulu. Dia bahkan melupakan bahwa dulu dia merasa bersalah dengan Sakura. Sekarang dia bersikap acuh tak acuh dengan Sakura.
“Gue sama Atha bakal nyari tempat aman buat sembunyi. Kalo kita kelamaan di sini, bisa-bisa anak buah M mengetahui keberadaan kita.”
Aku berdiri dibantu oleh Ruth dan Atha. Sementara Awan hanya menatapku dengan tatapan aneh.
Tiba-tiba Awan melemparkan sebuah kunci kepada Atha yang langsung ditangkap Atha dengan lincah dan cepat. “Kunci mobil Badai. Pergi ke rumah sakit.”
“Elo...?” Ruth menatapnya dengan bingung.
“Gue akan nyusul ke dalam. Siapa tahu gue bisa bantu mereka keluar. Hati-hati...” Setelah mengatakan itu, Awan langsung berlari ke arah gedung tua itu.
***
Kami pergi ke sebuah tempat, jujur aku tidak tahu di mana. Yang jelas Ruth dan Atha setuju dengan gagasanku untuk tidak pergi ke rumah sakit. Ini akan gawat. Siapa tahu aku perlu wali atau nanti aku ditanyai tentang orang tuaku karena aku masih di bawah umur.
Apalagi luka-lukaku ini tidak wajar. Kalau aku jatuh dari motor, mana mungkin pergelangan tanganku memerah seperti diikat? Juga sudut bibirku yang berdarah karena gesekan dari kain yang menutup mulutku. Mungkin yang bisa membuat mereka percaya kalau aku habis jatuh adalah keningku yang terluka dan kakiku yang mengenai puing di gedung tua itu.
Ruth bilang bahwa tempat ini adalah tempat tinggalnya dulu, tapi kosong. Karena Ruth punya kuncinya, kami bisa masuk dengan leluasa.
Ruth juga sedang mencarikanku baju lamanya. Ruth bilang, ia meninggalkan beberapa potong baju jika ia ingin berkunjung ke tempat ini.
Sementara itu, Atha sedang sibuk menyiapkan kotak P3K yang dia beli dari minimarket yang kami lewati saat menuju ke sini. Sekarang aku sedang duduk di pinggir tempat tidur milik Ruth. Kepalaku menyender di kepala tempat tidur dan mataku terpejam sebentar.
“Argh!” Aku meringis. Sialan perih banget. Dia menyiramkan alkohol di lukaku.
“Sori. Tapi harus dibersihin dulu, takut infeksi.”
Setelah mengatakan itu, Atha sibuk lagi dengan kegiatannya. Cowok itu mengobati lukaku dengan lembut. Kalau aku meringis sedikit, dia langsung meminta maaf. Sejenak aku tertegun. Atha itu... meskipun menyebalkan, sebenarnya dia baik juga. Apalagi kenyataannya Atha nggak jelek kok, dia juga ganteng.
APA!? Aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku. Barusan aku mengatakan bahwa Atha ganteng? Oh itu nggak mungkin, kan?
Ajigile! Bayangan mengenai Atha terus berkelebat di dalam pikiranku. Kini aku malah mendekat ke arahnya untuk memerhatikan setiap detil wajahnya.
Hidungnya mancung, rambutnya agak keriting, kulitnya kuning langsat, tangannya yang kekar itu pasti sangat kuat, dan... bibirnya. Oh sialan... aku benar-benar merasakan jantungku berdegup kencang.
Dug... dug... dug...
Ini benar-benar suara jantungku? Apa yang aku lakukan? Mengapa aku malah memerhatikan manusia badak ini!?
Suasana di sekitarku berubah menjadi panas dan aku juga merasakan pipiku memerah. Jantungku berdetak seperti aku habis berlarian. Mataku hanya bisa mengerjap-ngerjap dengan arah fokus yang sama... Atha.
Zia... ini tidak mungkin terjadi. Tidak. Tidak. Tidak. Perasaan ini rasanya lebih aneh dari pada perasaanku saat melihat Awan. Perasaan ini...
“Zia...?” Atha menatapku.
Wajahnya dekat sekali dengan wajahku. Aku bisa merasakan nafasnya di wajahku. Sialan. Kenapa Atha dekat banget denganku?
“Zia...? elo nggak apa-apa?” tanyanya dengan raut wajah khawatir.
Aku langsung menggeleng dan menjauhkan diriku darinya. “Enggak.”
Ups. Aku memundurkan kepalaku.
BUK.
“Aduh!” Aku langsung mengusap-usap kepalaku.
“Are you okay?” Atha menatapku semakin khawatir. Tangannya mengusa-usap kepalaku yang baru saja terbentur. “Lo mikirin Sakura?”
Baiklah di saat-saat seperti ini aku masih saja egois. Kenapa aku tidak memikirkan Sakura? kenapa aku malah memikirkan manusia badak di depanku ini!?
Aku hanya meringis. “Gue cuma takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.”
“Everything gonna be okay, Zi. Don’t worry.”
Mengapa kalimat lembut itu bisa menenangkanku sedemikian rupa? Apakah aku melupakan kenyataan bahwa manusia badak ini sangat kubenci karena membuatku dan Sakura menjadi terpisah saat itu?
Apakah aku mulai merasakan perasaan yang lain dengan manusia badak ini? Perasaan apa ini? Mengapa rasanya begitu menyenangkan tapi juga sangat membingungkan? Adakah yang bisa menjawab setiap pertanyaan anehku ini?
Tapi dari semua pertanyaan, pertanyaan paling penting sekarang adalah... apakah Sakura baik-baik saja?

Hai guys, saya balik lagi dengan cerita yang makin hot (?). Ditunggu komentarnya via apapun :) terimakasih sudah mau baca...


You may also like

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Cari Blog Ini

Ao Haru Ride

Ao Haru Ride

Daftar Blog Saya

Advertisement

Facebook

Instagram